RIWAYAT DATU PEJANGGIQ*
Tersebutlah seorang raja yang
bernama Datu Pejanggik. Ia terkenal sangat berani, bertampang gagah dan juga
amat sakti. Ia berkulit putih kuning, rambut bergelombang dan kumisnya yang
melintang menambah kemantapannya sebagai seorang raja, yang terkenal adil dan
bijaksana. ia juga sangat terkenal dengan kesaktiannya karena memiliki suatu
benda yang bernama Gumala Hikmat[1]).
Disamping itu Datu Pejanggik amat gemar memikat kerat, yaitu sejenis ayam hutan
yang mempunyai suara yang amat nyaring.
Datu Pejanggik, mempunyai seorang
permaisuri, yang bernama Puteri Mas Dewi Kencana. Puteri itu adalah seorang
puteri Jelita dari Raja Kentawang. Dari permaisuri itu ia memperoleh seorang
putra. Sifat dan prilaku tampaknya sama dengan Datu Pejanggik, sehingga dia pun
sangat dikasihi oleh masyarakat, disamping oleh ayahanda dan ibunya sendiri.
Pada suatu ketika Datu pejanggik
berangkat ke hutan Lengkukun untuk menagkap burung Kerata. Ia diiringi oleh
Patih Batu Bangka. Tiba-tiba hujan pun turun dengan lebatnya disertai sabungan
kilat dan sambaran petir. Datu Pejanggik hanya menyuruh demung Batu Bangka
untuk melihat keadaan sekitar,
kalau-kalau ditempat itu ada rumah tempat berteduh.
Demung Batu Bangka berangkat
meneliti daerah sekitarnya. dan akhirnya di suatu tempat yang tidak jauh ia
menemukan sebuah gubuk berpenghuni dan dijaga oleh seorang lelaki jabut[2].
Ia pun segera melaporkan kepada datu pejanggik bahwa tidak jauh dari tempat
berteduh itu terdapat sebuah rumah yang dijaga oleh lelaki jabut. Datu
Pejanggik menyuruh Batu Bangka meminta izin untuk berteduh. Dengan segala
keikhlasan lelaki jabut itu mempersilahkan mereka, lebih-lebih setelah
diketahui yang berteduh itu adalah Datu Pejanggik yang memang terkenal di
mana-mana. Setelah mendengar kesedihannya lelaki jabut itu menerimanya, Datu
Pejanggik berangkat diiringi oleh Demung Batu Bangka dengan pakaian yang basah
kuyup. Setiba di rumah lelaki jabut itu pun menerima dengan segala kehormatan.
Ia mempersilahkan mereka duduk di sebuah sekepat3,
menghadap kearah barat laut, sambil bersandar pada tiang sebelah tenggara.
Tak lama kemudian hujan pun reda,
angin masih berhembus dengan keras. Dan hembusan angin itu telah membantu
mempercepat keringnya pakaian Datu Pejanggik. Tiba-tiba ketika mereka sedang
duduk bertiga Datu Pejanggik melihat seberkas sinar yang gemerlapan. sinar itu
datang dari arah barat daya. Datu Pejanggik sangat heran. Cahaya apa gerangan
yang gemerlapan itu. Terlintas dalam hati Datu Pejanggik, bahwa rumah tempat
mereka berada itu bukanlah rumah sembarang orang.
Memang pemilik rumah itu adalah
seorang raja jin yang mempunyai seorang puteri cantik rupawan. Ketika itu ia
sedang mandi di suatu telaga dalam taman, diiringi oleh dayang-dayang dan inang
pengasuhnya. Cahaya yang gemerlapan yang terlihat oleh datu pejanggik adalah
cahaya yang datang dari puteri jin itu karena letak telaga itu searah dengan
arah duduk Datu Pejanggik. Pada saat itu Sang Puteri pun merasakan hal yang
sama. terasa olehnya suatu cahaya datang dari arah tenggara. Karena itu puteri
jin itu segera berhenti mandi dan berkemas pulang. Setibanya dirumah
pandangannya bertemu dengan pandangan Datu Pejanggik yang mengakibatkan
keduanya jatuh pingsan.
Melihat peristiwa yang secara
tiba-tiba ini lelaki jabut itu pun tak bisa berbuat apa-apa kecuali
mondar-mandir tak tentu tujuan. Begitu pula Demung Batu Bangka sangat gelisah
melihat peristiwa luar biasa ini. Namun ia tidak kehilangan akal. Ia berusaha
membuat agar Datu Pejanggik sadar dari pingsannya dengan jalan memercikkan air
pada mukanya. Setelah Datu Pejanggik sadar kemudian lelaki jabut itu pun
berbuat sama pada puterinya. Setelah keduanya sadar, keduanya kembali
bertatapan mata. Datu Pejanggik segera menghampiri puteri dan berkata :
“ Duhai gadis jelita, sungguh
pertemuan yang tak diduga ini telah membuat diriku tak bisa berbuat sesuatu,
kecuali untuk menyerahkan diri padamu, dapatkah kiranya kau menerimaku sebagai
suami?.”
Demikianlah kata Datu Pejanggik
seraya ingin membelai tubuh puteri jin itu. Tetapi puteri itupun menolak dengan
sopan santun sambil berkata.