Selasa, 05 Februari 2013

RIWAYAT DATU PEJANGGIQ

RIWAYAT DATU PEJANGGIQ*


Tersebutlah seorang raja yang bernama Datu Pejanggik. Ia terkenal sangat berani, bertampang gagah dan juga amat sakti. Ia berkulit putih kuning, rambut bergelombang dan kumisnya yang melintang menambah kemantapannya sebagai seorang raja, yang terkenal adil dan bijaksana. ia juga sangat terkenal dengan kesaktiannya karena memiliki suatu benda yang bernama Gumala Hikmat[1]). Disamping itu Datu Pejanggik amat gemar memikat kerat, yaitu sejenis ayam hutan yang mempunyai suara yang amat nyaring.
Datu Pejanggik, mempunyai seorang permaisuri, yang bernama Puteri Mas Dewi Kencana. Puteri itu adalah seorang puteri Jelita dari Raja Kentawang. Dari permaisuri itu ia memperoleh seorang putra. Sifat dan prilaku tampaknya sama dengan Datu Pejanggik, sehingga dia pun sangat dikasihi oleh masyarakat, disamping oleh ayahanda dan ibunya sendiri.


Pada suatu ketika Datu pejanggik berangkat ke hutan Lengkukun untuk menagkap burung Kerata. Ia diiringi oleh Patih Batu Bangka. Tiba-tiba hujan pun turun dengan lebatnya disertai sabungan kilat dan sambaran petir. Datu Pejanggik hanya menyuruh demung Batu Bangka untuk melihat keadaan  sekitar, kalau-kalau ditempat itu ada rumah tempat berteduh.
Demung Batu Bangka berangkat meneliti daerah sekitarnya. dan akhirnya di suatu tempat yang tidak jauh ia menemukan sebuah gubuk berpenghuni dan dijaga oleh seorang lelaki jabut[2]. Ia pun segera melaporkan kepada datu pejanggik bahwa tidak jauh dari tempat berteduh itu terdapat sebuah rumah yang dijaga oleh lelaki jabut. Datu Pejanggik menyuruh Batu Bangka meminta izin untuk berteduh. Dengan segala keikhlasan lelaki jabut itu mempersilahkan mereka, lebih-lebih setelah diketahui yang berteduh itu adalah Datu Pejanggik yang memang terkenal di mana-mana. Setelah mendengar kesedihannya lelaki jabut itu menerimanya, Datu Pejanggik berangkat diiringi oleh Demung Batu Bangka dengan pakaian yang basah kuyup. Setiba di rumah lelaki jabut itu pun menerima dengan segala kehormatan. Ia mempersilahkan mereka duduk di sebuah sekepat3, menghadap kearah barat laut, sambil bersandar pada tiang sebelah tenggara.
Tak lama kemudian hujan pun reda, angin masih berhembus dengan keras. Dan hembusan angin itu telah membantu mempercepat keringnya pakaian Datu Pejanggik. Tiba-tiba ketika mereka sedang duduk bertiga Datu Pejanggik melihat seberkas sinar yang gemerlapan. sinar itu datang dari arah barat daya. Datu Pejanggik sangat heran. Cahaya apa gerangan yang gemerlapan itu. Terlintas dalam hati Datu Pejanggik, bahwa rumah tempat mereka berada itu bukanlah rumah sembarang orang.
Memang pemilik rumah itu adalah seorang raja jin yang mempunyai seorang puteri cantik rupawan. Ketika itu ia sedang mandi di suatu telaga dalam taman, diiringi oleh dayang-dayang dan inang pengasuhnya. Cahaya yang gemerlapan yang terlihat oleh datu pejanggik adalah cahaya yang datang dari puteri jin itu karena letak telaga itu searah dengan arah duduk Datu Pejanggik. Pada saat itu Sang Puteri pun merasakan hal yang sama. terasa olehnya suatu cahaya datang dari arah tenggara. Karena itu puteri jin itu segera berhenti mandi dan berkemas pulang. Setibanya dirumah pandangannya bertemu dengan pandangan Datu Pejanggik yang mengakibatkan keduanya jatuh pingsan.
Melihat peristiwa yang secara tiba-tiba ini lelaki jabut itu pun tak bisa berbuat apa-apa kecuali mondar-mandir tak tentu tujuan. Begitu pula Demung Batu Bangka sangat gelisah melihat peristiwa luar biasa ini. Namun ia tidak kehilangan akal. Ia berusaha membuat agar Datu Pejanggik sadar dari pingsannya dengan jalan memercikkan air pada mukanya. Setelah Datu Pejanggik sadar kemudian lelaki jabut itu pun berbuat sama pada puterinya. Setelah keduanya sadar, keduanya kembali bertatapan mata. Datu Pejanggik segera menghampiri puteri dan berkata :
“ Duhai gadis jelita, sungguh pertemuan yang tak diduga ini telah membuat diriku tak bisa berbuat sesuatu, kecuali untuk menyerahkan diri padamu, dapatkah kiranya kau menerimaku sebagai suami?.”
Demikianlah kata Datu Pejanggik seraya ingin membelai tubuh puteri jin itu. Tetapi puteri itupun menolak dengan sopan santun sambil berkata.


Bersambung …


*) Diterjemahkan dari cerita rakyat dialek Meno-Mene
[1] Gumala hikmat = benda ajaib yang dapat memberikan apa saja yang dimintai
[2] Jabut = badannya berbulu lebat
3 Sekepat= bangunan kecil bertiang empat dan berfungsi untuk tempat duduk-duduk.