Selasa, 19 Februari 2013

RIWAYAT DATU PEJANGGIK (bagian 3)

RIWAYAT DATU PEJANGGIK ( bagian 3)

Dalam kisah sebelumnya diceritakan tentang dua orang wali yang berlayar dari Kalimantan menuju pulau Lombok, mereka akhirnya sampai di sebuah daratan yang kini disebut dengan pantai Batu Layar.

Ampun tuanku menurut kata yang memerintahkan hamba untruk membunuh, adalah Anak Agung Triwangsa. Dan beliau akan membuatkan kami masjid besar. Nah, demikianlah Tuanku.”
Setealh itu semua yang bersalah semua dihukum mati. Selama itu rakyat selalu siap sedia dengan persenjataan. Gusti Ketut Gosha selalu mengamati gerak-gerik mereka. baik siang mauypun malam. Melihat mkedaan yang gawat itu Gusti Keetut Gosaha berangkat ke Mataram. Semua hulu balang yang berasal dari sekar bela  Timba Bengaq dikumpulkan di Mataram untuk mencegah kekacauan, sambil menanti keadaan aman kembali.

“Nah, kamu semua akan kupindah ke Kampung Punia, Karena di tempatmu, kalian selalu bercekcok denagan masyarakat kampong di tetanggamu, sampai keadaan tenang kembali dan kamu tak lagi saling mendendam.”
Setealah mereka berada tujuh hari di Punia, tiba-tiba muncul suati keajaiban. Sebuah mata air muncul dengan ledakan yang dahsyat. Pada suatu hari raja bertanya :
“Menagap rakyatku yang baru di punia itu tak pernah mengahadqap? Apakah sebabnya? Barangkali banyak di antara mereka yang sakit atau karena sebab-sebab lainnya?”
karena itu raja mengutus Gusti Ketut Gosha untuk melihat keadaan mereka.
“Cobalah kau lihat bagaimana keadaaan rakyatku yang berada di Punia itu. Apakah banyk di antara mereka yang sakit atau karean sebab-sebab yang lain.” mendengar itru Gusti Ketut Gosha berangkat ke punia. Setelah tiba di tempatr itu gusti ketut Gosha menyaksikan rakyat sedang bekerja menyempurnakan sebuah mata air. Mereka bekerja semua.
“astaga kau semua pada bekerja sehingga tak pernah menghadap ke Istana.”
“benar Tuanku. Kebetulan disini terdapat mata air baru yang dapat kami mamfaatkan sebagai tempat mengambil wuduq maupun mandi.” Melihat kenyataan itu Ketut Gosha menjadi sangat heran, karena pada desa diatasnya hujan tak pernah dan lagi pula air berada jauh.
“Dari manakah asalnya air in? mengapa mata air bisa besar? Cocok benar di sini didirikan istana, karena disini air melimpah ruah. Nah, hentikanlah dahulu pekerjaanmu. jangan dilanjutkan menggarapnya. Aku akan sampaikan kabar inikepada Anak Agung.”
Setelah itu gusti Ketut Gosha meniggalkan punia menuju Mataram. Setelah tiba di kerato ia menghadap raja.
“Daulat Tuanku. layak benar rakyat Tuanku tak pernah menghadap, karena mereka sedang sibuk menyempurnakan sebuah mata air baru yang amat besar.” Demikinlah hatur Gusti Ketut Gosha.
“Jika demikian halnya baiklah aku akan datang melihatnya.”
Setiba ditempat yang dituju Anak Agung bersabda :
“Nah, telah lama kamu berada di tempat ini. Sekarang aku berniat membangun istana. Sedang kamu akan kukembalikan ke Sekar Bela. Perbesarlah kemampuanmu disana.”
Mereka diberi bekal berupa uang, beras, ayam, kerbau, seraya berkata :
“pergunakanlah ini untuk sangu membuat erumahan.”
setelah seminngu mereka membuat perumahan baru. Muncul lagi sebuah mata air dengan ledakan dahsyat seperti yag terjadi di Punia. bersamaan dengan itu mata air yang ada di punia tiba-tiba kering. Melihat kenyataan itu Gustu Ketut Gosha menghadapa kepada Anak Agung dan memberi Laporan.
“Daulat Tuanku Anak Agung, aneh benar. Mata air yang di Punia semakin surut dan tiba-tiba kering. Sebaiknya Tuanku pergi meninjau ke Sekar bela untuk menyaksikan keadaan rakyat tunaku disana.”
setelah itu Gusti ketut Gosha berangkat menuju sekar bela. setelah tiba langsung masuk ke dalam kampung. Disana ia menyaksikan rakyat yang sedang menyempurnakan sebuah mata air baru.
“Heran benar aku. Ketika aku meninjau di Punia kujumpai mereka sedang Giat menyempurnakan mata air. Disni jusa demikian. Sungguh Mengherankan. ini Semua memang rezekimu. Kalian sangat beruntung. Teruskanlah pekerjaan Hingga selesai. sekarang aku akan berdatang sembah kepada Anak Agung, agar kau terus di perkenankan menetap di tempat ini”
Kemudian gusti Ketut Gosha berangkat menuju Mataram, dan menghadap Anak Agung.
“ Daulat Tuanku, Pantas mata air yang di punia menjadi kering. Karena di sekar bela muncul sebuah mata air baru.”
“Nah itu memang rezeki meraka.”
pada haru Jum’at berikutnya berangkatlah Anak Agung menuju sekar bela. Setiba di tempat itu Anak Agung Berkata :
“Nah tempat ini akan kunamai, Sekar Bela timba Bengaq3) karean aku heran melihat keajaiban mata air ini. Kemana saja kalian pergi, kesanalah mata air ini menuju. itulah yag sangat mengerankan aku. Memang kamu dapat rakhmat yang besar.”
sesudah itu berkatalah Gusti ketut Gosha lagi :
Daulat Tuanku sebainya kubur Otak-otak di pindah agar tak lagi menimbulkan kecelakaan pada rakyat yang selalu lalu-lalang di tempat itu. Di tempat itulah mereka selalu terjatuh. Sebaiknya kubur itu kita bongkar.” Setelah itu kubur Otak-Otak dibongkar oleh masyarakat di bawah pimpinan Gusti Ketut Gosha. Setelah penggalian itu cukup dalam, ketiak mereka mengorek-ngorek tanah, tiba-tiba terlihat sebatang anak pohon pisang di dalam liang lahat. Itulah keajaibannya. Dengan jelas yang dikuburkan disini adalah Gaos Abdul Razak, tetapi yang nampak sekarang adalah sebatang pisang.
“Nah, sebaiknya pohon pisang ini di tanm di tepi pantai.”
ketika mereka tiba di dekat pantai bagaikan ditakdirkan seekor buaya muncul dari sebuah muara sungai, da menuju ke sebuah lubang. Di lubang itulah akhirnya pisang itu di tanam. Itulah sebabnya makam itu dinamai Loang Baloq4). Setelah pemindahan makam itu selesai Anak Agung menuju ke kampung Sekar Bela.
“Hai rakyatkusekalian, bagaiman apendapatmu tentang gurumu yang telah dibunuh itu? Tidakkah kalian merasa kecewa atau lain-lain?”
“sudah jelas bahwa kami sangat kecewa dan jengkel serta merasa malu tentang penyiksaan dan pembunuhan itu. Tetapiu walaupun demikian konon mereka hanya menjalankan perintah. Otaknya adalah raja Sengkongo, yang bernama Anak Agung Triwangsa itu.”
“Nah, kalau demikian kamu bermaksud memberontak kepadanya, terserah kamu sekalian. “
“Menurut keinginan kami, hal itu kami serahkan kepada kebijaksanaan Tuanku. Apapun yang keputusan Tuanku kami akan ikuti semuanya. Semua penderitaan kami Tuanku telah maklumi.”
“Nah, Jika demikian pendapat kalian, Ee, Gusti Ketut Gosha berangkatlah kau ke kampung Mumbul. Setiba disana perintahkanlah sebanyak dua puluh dua orang dari warga desa yang ada disana. Suruh mereka berkumpul disini dan segera berangkat.”
Setelah Gusti Ketut Gosha tiba, ia segera melaksanakan apa yang diperintahkan dan mengumpulkan mereka di Banjar Penataran. Setelah mereka berkumpul semua, Berangkatlah mereka menuju Sekar Bela. Di kampung ini telah menanti dua puluh dua orang hulubalang Sekar Bela. Dari sana mereka berangkat menuju Sengkongo untuk melakukan srangan.
Dengan singkat diceritakan setelah mereka menyeberangi sungi Babak, mereka bersorak dengan gagap gempita dan langsung melakukan seranagan ke Puri Segkongo. Karena serangan mendadak itu Anak Agung menjadi kelabakan dan segera memberikan perintah perlawanan. Namun walaupun demikian serangan empat puluh empat itu tak dapat ditahan. Hulubalang Sengkongo kepanikan. Mereka berlari tak menentu dengan tujuan yang jelas. Bahkan akirnya raja Sengkongo turut berlari. Namun kemana saja ia melarikan diri terus dikejar tak henti-hentinya. Ia lalu terdesak. Setelah tiba pada suatu tempat ia dapat bertahan. Itulah sebabnya tempat itu dinamai Taker5). Setelah bertahan sejenak ia kembali melkarikan diri. Namun dikejar terus oleh pasukan penyerang itu. Dan pada suatu tempat ia terjatuh berulang kali sehingga menderita luka di kulit yang amat parah. Itulah sebabnya tempat itu dinamai Babakan6). Dari tempat ini ia dapat melarika diri kembali. Namun pengejaran masih terus  dilakukan hingga pada suatu tempat ia menghilang dengan tidak diketahui ke mana perginya. Itulah sebabnya tempat itu dinamai Karang Siluman7) setelah ia tampak kembali, pengejaran di lakukan kembali. Ia melarika diri menuju kea rah barat. Pada suatu tempat ia bersama denganpasukannya terperosok kedalam lubang yang memang sudah direncankan. Itulah sebabnya tempat itu dinamai Karang Bangbang8). Disanalah riwayat raja sengkongo serta pengikutnya diakhiri. Setelah itu mereka menghadap ke istana kerajaan Mataram.
“bagaimana keadaan rakyatku?” Tanya Anak Agung.
“Mereka telah kami habiskan beserta rajanya.”
“Itulah sebabnya aku sangat mempercayai rakyat Sekar Bela. Kalian memang sangat kupercaya untuk mengatasi persoalan semacam itu.”




3) Sekar Bela = nama kampung. Timba = kolam. Bengaq = Mengherankan
4) Loang = lubang , Baloq = buaya
5)
6) Babakan = Nama desa, Babak, bahasa sasak maupun bali artinya luka-luka di kulit akibat jatuh ataupun geseran
7) Karang Siluman = Nama desa, Siluman,  bahasa sasak maupun Bali artunya berganti rupa. Dalam cerita ini dikaitkan dengan menghilang.