Selasa, 26 Februari 2013

RIWAYAT DATU PEJANGGIK (bagian 4 - HABIS)

RIWAYAT DATU PEJANGGIK (bagian 4)

Sebelumnya diceritakan tentang hulubalang dari Sekarbela, dan dumulainya tentang sejarah raja Sengkongo. 

“Dualat Tuanku, sesungguhnya itu bukanlah disebabkan oleh kekuatan kami. Tetapi disebabkan oleh kesalahan mereka sendiri yang telah memerintahkan untuk membunuh ulama yang tak bersalah. Itu dihukum oleh dosanya sendiri. dan akhirnya juga dibunuh oleh dosanya sendiri.”
“Nah, diamlah kamu disini. Beristirahatlah sejenak.” Setelah mereka beristirahat lalu disuguhi dengan berbagai minuman seperti tuak dan berem, menurut kesengan mereka. Disamping itu juga disemblihkan babi, kambing dan ayam untuk suguhan. Hal itu semua mengakibatkan mereka tinggal tinggal di Mataram selama seminggu.
“Nah, sekarang kamu boleh kembali ke tempatmu masing-masing.”
Setelah 7 hari berlalu mereka kembali ke tempat masing-masing. Dan raja sanga t berkeinginan untuk berziarah ke Makam Loang Baloq dimana Gaos Abdul Razak dimakamkan.
“Nah, perintahkanlah seluruh rakyatku baik yang beragam hindhu maupun Islam untuk berkumpul, karena aku berniat untuk berziarah ke Makam Loang Baloq pada hari Rabu.”


Demikianlah mereka memulai perjalanan dari Mataram. Kemudian singgah pada suatu tempat di sekitar saren. Itula sebabnya  tempat mereka singgah itu dinamai Pesinngahan. Sesudah itu mereka tiba di kampunag Sekar BEla. disan mereka menginap selam selmalam.
“Nah, kamu rakyatku sekalian, besok aku kan berziarah ke Makam Loang Balaoq. kamu harus turut serta semuanya. barang siapa yang tak Turut akan kubunuh.”
“Daulat Tuanku, Tetapi jika tuanku perintahkan kami semua bagimana halknya jika ada orang yang berniat membakar atau menghancurkan kampung ini?”
“Nah, jika itu yang kalian Khawatirkan, maka ku tentukan sepuluh oaring dari yang empat puluh empat ini tetap tinggal menjaga kampung, sedang yang lain sebnayk tiga puluh empat orang turut serta bersamaku. Aku berniat akn menginap semalam di makam Loang Baloq.”
Nah, setelah semua berkumpul ternyata rakyat yangturut serta dalam rombongan ini sebanyak 1740 orang. Tepat pada tengah malam ketika rombongan sedang menginap di makam Loang Baloq turunlah hujan lebat disertai anginribut, guruh dan kilat serta gelombang laut yang amat besarnya. Hujan demikina derasnya, tetapi tempat disekitar makam itu tetap tenang, bebas dari hujan dan angin sedangkan diluar lingkungan makam dilanda banjir besar menyebabkan seekor buaya yang tinggal di muara sungai dekat makam itu melarikan diri dan masuk ke Makam itu. Peristiwa itu pula yang memperkuat hingga Makam itu di namakan Loang Baloq.
 Keesokan harinya, ternyata tempat dilur lingkungan makam Loang Baloq porak poranda seluruhnya. benda yang berada disebelah utara berpindah ke selatan dan sebaliknya. tetapi para pengiring Anak Agung Ketut Jelantik tak seorang punyamg tercecer. Karena Makam beserta lingkngannya terhindar dari bencana, pada hal kayu-kayu besar, babi, anjing, Kuda, dan sapi semua dihanyutkan air. Makam itu dikitari dengan air sehingga Anak Agung beserta rakyatnya taka pat menyebrang menuju pantai. Karena itu Anak Agung beserta pengiringnya terpaksa menunggua 2 hari lagi. Hal itu menyebabkan rombongan kelaparan selama sehari, karena kehabisan sangu.
“Rakyatku sekalian, biarlah kita tidak makan dan minum dalam sehari, karena hal itu tak akan menyebabkan kita mati. Nanti bila iar surut kita akan berjalan menuju pantai.”
Kira-kira pukul lima dini hari, mereka dapat menyebrang ke tepi pantai. Disanalah mereka berjalan-jalan. Ombak masih tetap besar. Demikian juga angina masih bertiup dengan derasnya.
“Mengapa keadaan yang sepertiini kita hadapi. Alamat apakah ini gerangan? Tiba di makam kita diserang angin, kini diserang ombak dan badai.”
Segera setelah angina reda, tiba-tiba di tenagah laut muncul bayangan Gaos Abdul Razak. Ia tampak sedang menunggang Kuda dan terdenagr sebuah suara.
“Wahai murid-muridku yang berada di sekar bela Timba Bengaq, Kunjungilah tempatku di Padang Rea. Apa saja yang kalian jumpai di tempat itu, buatkanlah ia makam atau tenda. Bila kalian tidak mampu membuat yang baik, boleh hanya ditancapkan pohon bantenan8), atau pohon beringin agar dapat kau jadikan tanda kelak. Pada saat ini aku bukanlah bermaksud untuk memaksa atau pun memerintahkan,tetapi pada tiap akhir-akhir puasa atau pada hari lebaran wajiblah kalian ke sana untuk berziarah ke tempatku sebagai tanda bahwa kalian tetap ingat kepadaku walaupun hanya sepotong jarum atau setetes air mata.”
Nah demikinalah kata-kata wali itu. Semua orang yang mendengar baik yang beragama islam maupun bali, Demikian juga raja, terlena sesaat disebabkan rasa haru setelah mendengar kata-kata wali tersebut. Setelah sadar kembali, maka bersabdalah anak agung :
“Nah, kamu sekalain rakyatku yang beragam islam, tetaplah kerjakan ibadah. Tetaplah kunjungi padang reaq, seperti yang di perintahkan oleh gurumu. Bila kalian tak memiliki sangu untuk persiapan ke padang reaq, mintalah kepadaku di Mataram.”
Keesokan harinya, setelah mereka tiba kembali di kampung Sekar Bela, berangkatlah mereka menuju Padang Reaq, dengan membawa cangkul dan parang, untuk melihat benda apa yang ditinggalkan oleh wali itu di Padang Reaq. Sepanjang jalan mereka selau bertanya, menanyakan tempay yang bernama padang reaq. Di kampung Mapak Dasan di beritahukan oleh penduduk tempat yang bernama padang reaq. Setelah tiba disana, mereka melihat hanya sesendok darah diatas sekelompok daun jagung. Mereka merasa sedih melihat kenyataan itu dan sambil menangis di cobanya mengambil darah itu. Tetapi tak seorangpun yang berasil memegangnya. Darah beserta pembungkusnya selalu bergerak ketika akan dimabil. Akhirnya berkatalah seorang yang sudah lanjut usia :
“nah, sekarang cobalah bacakan selawat atau serakal bersama-sama. Mudah-mudahan darah itu dapat dimasukkan kew liang lahat.” Setelah selesai membacakan selawat dan serakall, terdengarlah suara gaib.
“Kerjakanlah baik-baik perigi makam itu murid-muridku. Hiduplah kamu dengan rukun. Jangan sekali-kali kalian bercekcok ataupun membuat berbagai persoalan. Kalian yang empat puluh empat itu akan selau diselamatkan sejak di dunia hingga di dalam kubur.
Nah setelah ……………………………………………………………………… mereka lau menagis. Demikian juga yang baru kembalidari sawah, atau dari laut serta yang baru datang dari tepi jalan.
Setelah berada kembali di Sekar Bela, Semua pada termenung. Berminggu-minggu suasana batin seperti itu meliputi jiwa mereka. Hal itu menyebabkan mereka lupa menghadap Anak Agung. Oleh karena itu Anak Agung Bertanya bertanya kepada salah seorang penhuni istana.
“Menagapa masyarakat Sekar Bela belum juga memberi kabar tentang makamitu. Apakah mereka sudah kerjakan atau belum perintah itu. “
Sebelum Anak Agung melanjutkan, telah tiba sebanyak dua puluh dua rakyat dari sekar Bela untuk melaporkan kepada Anak Agung bawa makam Padang Reaq telah selesai dikerjakan. Setelah Duduk di hadapan berkatalah saslah seorang dari Mereka :
“Daulat Tuanku, makam wali tersebut telah hamba selesaikan seperti suara gaib yang Tuanku saksikan sewaktu kita berada di tepi pantai itu.”
“Nah bagus sekali. Sebulan lagi bulan puasa akan tiba. Setelah itu kamu akan merayakan harai lebaran. Bila kalian tak mampu membeli seperti beras dan ayam untuk peryaan itu, datanglah padaku untuk minta biaya. “
Pada bulan puasarakyat sekar bela merasa pyah. Ada yang berhasil penuh melakukan ibadat, tetapi kebanyalkan yang gagal. Tetapi seperti yang dikatakn oleh Anak Agung menjelang Tiga hari lebaran, seluuh rakyant Sekar bela berdatangan ke istana memohon bantuan berupa beras, itik, ayam serta uang untuk bekal ke Padang Reaq. Setelah tiba di istana semua menyampaikan maksudnya.
“Daulat Tuanku, Kebanyakan dari kami menderita kelaparan. Sebagian berhasil melakukan ibadah puasa, tetapi sebagian besar gagal. Maksud ke datangan kami ini adalah untuk memohon bantuan baik berupa beras, itik, ayam, atau pun uang untuk bekal kami menziarahi makam Wali itu.”
“Nah, keluarkan padi-padi itu. mengapa kalian dungu, kalian biarkan dirimu kelparan dan baru sekarang menghadap untuk meminta sesuatu. Bodoh benar kalian.”
“Daulat Tuanku, hal tersebut disebabkan karena kami merasa sangat malu terus menerus memohon kepada tuanku. Bukanlah telah berulang kali kami menghadap untuk keperluan yang sama.”
“Nah, Sudahlah. Ambil saja yang kalian perlukan.”
Demikianlah. para wanita kemudian menjunjung dan para lelaki memikul benda-benda yang diperlukan. Dan pada saat lebaran tiba, suasana terasa dalam keadaan makmur. Demikianlah untuk kepergian ke Makam Padang Reaq kini juga diikuti oleh empat puluh empat prajurit sewaktu menyerang sengkongo. Kampung seolah-olah tidak dikawal lagi. Tetapi Gusti Ketut Gosha tetap mengawasi kampung Sekar Bela yang ditinggal berziarah oleh para prajuritnya. Dan telah diketahui umum bila suatu tempat diawasi oleh Gusti Ketut Gosha tak seorang pun berani menggangu tempat itu.
Rombongan tiba di makam Padang Reaq, Pada saat menjelang tengah hari. Tiba-tiba terdengar kembali suara Gaib :
“Nah, murid-muridku, kamu memang orang-orang baik. Kamu telah melakukan perintahku. kau telah mendatangi tempatku ini. Semoga Tuhan memperpanjang usiamu dan semogalah agar negeri ini selalu aman dan sentosa serta tak ada orang yang berniat meruntuhkan kerajaan ini. Sampaikan juga pesanku kepada Anak Agung agar kalian tetap dilindungi selama hidupmu hingga akhir hayat.” Demikianlah kata-kata suara gaib itu.
Rombongan peziarah menginap selama semalam. keesokan harinya, pagi-pagi benar rombongan meninggalkan Makam Padang Reaq. Dan kembali ke kampungnya masing-masing. Kemudian mereka melaporkan kepada Anak Agung semua peristiwa yang dialami. Mendengar hal itu Anak Agung merasa sangat terharu sehingga menitikkan air  mata. Hingga dua hari kemudian Anak Agung masih ingin mendengar kembali kisah itu.


Habis.


8) Nama sejenis pohon